Senin, 20 Februari 2012

4B Kota Manado

-->
Meski aku berasal dari Wonosobo, tapi saat ini aku menetap di Manado, Sulawesi Utara. Aku di Manado dalam rangka menuntut ilmu, bahasa keren-nya ‘kuliah’. Mungkin kawan berpikir, “jauh banget, kaya di Jawa ga’ ada kampus aja?” aku ada di Manado sekarang juga tidak diduga, Program Diploma I Spesialisasi Pajak dan Spesialisasi Bea dan Cukai ternyata oh ternyata di tempatkan di dua belas lokasi pendidikan, salah satunya adalah Ibukota Sulawesi Utara, Manado.
So, gue bakal ngejembreng soal Manado kali ini—bahasa opo ki, lek? yang akan aku post berseri, karena aku berniat begitu.
Seri pertama, chapter one, BAB I, Book one, bagian pertama, pambuko adalah.........eng ing eng. . .
:ERROR...
Apa-apaan, . .
Jadi, ceritanya begini, di Manado itu ada jargon, atau seperti slogan tidak resmi, yang dipopulerkan oleh muda-mudi Manado—mungkin—yang lumayan terkenal,yaitu 4B.
4B adalah kependekan dari Bubur Manado, Bibir Manado, Boulevard, Bunaken”. Begitulah.
1.       Bubur Manado

Bubur Manado
Bubur Manado atau Tinutuan adalah makanan khas Indonesia dari Manado, Sulawesi Utara. Bubur Manado merupakan campuran berbagai macam sayuran, tidak mengandung daging, sehingga makanan ini bisa menjadi makanan pergaulan antar kelompok masyarakat di Manado. Bubur Manado biasanya disajikan untuk sarapan pagi beserta berbagai pelengkap hidangannya. Biasanya dengan ikan bakar, ikan asin goreng dan dabu-dabu lilang.

Tinutuan (Bubur Manado) dipakai menjadi motto Kota Manado sejak kepemimpinan walikota Jimmy Rimba Rogi dan wakil walikota Abdi Wijaya Buchari periode 2005-2010, menggantikan motto Kota Manado sebelumnya yaitu Berhikmat.

Kesan pribadiku ketika mencoba bubur manado ini, rasanya pure rasa sayuran—ya iyalah, kan gak ada dagingnya—dan rasa daun kemanginya krasa banget. Bubur yang aku makan tidak menggunakan daun bayam, tapi daun gedi, ini sayuran khas manado nih. Rasanya itu khas banget, belum pernah kan makan bubur nasi dicampur ama sop, oseng-oseng kangkung, tumis kacang panjang, labu kuning rebus, terus kolak singkong? Makanya, makan Bubur Manado atau Tinutuan ini. Jangan takut kecewa akan rasanya, Pak Bondan aja kalau makan ini Tinutuan, dijamin bilang ‘Mak Nyos’.

Bagi yang berminat buat, aku kasih resepnya nih—cewek yang suka masak wajib coba nih.
Bahan:
Tinutuan bersanding dengan pelengkapnya
·         500 gr. beras, cuci dan tiriskan
·         Air secukupnya
·         4 sdt garam
·         2 buah jagung, sisir dari tongkolnya
·         100 gr. daun melinjo muda
·         100 gr. daun bayam, cuci bersih
·         100 gr. daun kangkung, cuci bersih
·         200 gr. ubi jalar, potong
·         300 gr. labu kuning, potong
·         2 ikat kacang panjang, petik 2 cm
·          50 gr. daun kemangi
·          garam menurut selera
Cara membuat:
·        Masukkan air 3-5 cm di permukaan beras yang telah dicuci bersih.  Rebus hingga setengah menatang.
·        Masukkan potongan labu kuning, jagung dan ubi jalar.
·         Rebus kembali sampai matang.
·        Kemudian masukkan satu persatu sayuran ke dalam bubur.  Masak terus sampai seluruhya matang dan bubur cukup kental.
·         Angkat dan siap dihidangkan.
Untuk 6-8 orang. Selamat mencoba dan selamat makan..

2.       Bibir Manado

cewek Manado-googling sendiri deh-
Ini nih yang langsung bikin aku penasaran waktu pertama dengar. Setelah melakukan penelitian, dengan bertanya-tanya pada orang-orang pribumi, ternyata ini adalah guyonan konyol.

Kawan-kawan cowok—pecinta wanita muda—pasti tahu atau tidak asing atau minimal pernah dengar lah, kalau, bahwa, katanya, cewek manado itu cantik cantik—dan memang benar.hahaha...

Dari kondisi ini lah jargon ini muncul, cewek-cewek manado dengan kecantikan dan segala keindahan bentuk tubuhnya—Astaghfirullah—dianggap sebagai aset manado yang tidak dimiliki kota lain.

Tapi, memang benar kalau kebanyakan cewek di manado cantik-cantik, atau lebih tepat disebut berani. Bagaimana tidak, di Jawa aku jarang, bahkan sangat jarang menemui cewek yang berani memakai celana pendek yang panjangnya hanya satu jengkal dari pinggang. “Mbok ra sah kathokan wae, mbak”. Dan lagi kawan, jumlah rata-rata cewek atau wanita muda yang keluar rumah saat siang hari lebih sedikit daripada saat malam hari. Ini menguatkan statement bahwa cewek Manado adalah cewek-cewek pemberani. Bayangkan, dengan memakai celana sangat pendek—tentunya baju yang mereka pakai bukan baju lengan panjang, karena tidak akan cocok dengan celananya—mereka keluar malam hari tanpa takut masuk angin.hahaha...

Tapi, itulah gaya hidup Manado. Anggap saja itu semua sebagai ‘nikmat’ yang tidak terduga, begitu.hahahaa... Karenanya, kalau kawan sedang di Manado, sering-seringlah menundukkan pandangan. Selain karena disini banyak ‘ranjau binatang’ juga karena biasanya ‘bagian bawah’ lebih mulus daripada ‘bagian atas’.hahahaa...

3.       Boulevard
jejeran mall di sepanjang Boulevard
Boulevard merupakan salah satu ikon kota Nyiur Melambai di ujung utara Pulau Sulawesi. Boulevard adalah pusat belanja terbesar di Indonesia Timur. Pada malam hari, Kawasan Boulevard merupakan pusat makanan Manado terbaik. Di sana kawan tidak hanya menemukan masakan khas Manado, tapi juga bisa menemui berbagai masakan mulai dari nasi goreng, bakso, gado-gado, sampai tinutuan dengan harga yang relatif terjangkau.

Tidak hanya itu, disana kawan juga dapat memilih tempat makan sesuai selera yang diinginkannya. Mulai dari cafe, restoran, warung, hingga  penjaja kaki lima ada di sana.

Kawan juga dapat menyaksikan panorama alam dengan memandang cantiknya Pulau Manado Tua di tengah lautan. Ketika matahari mulai tergelincir ke ufuk barat, maka proses terjadinya sunset dapat disaksikan dengan jelas.

Sebelumnya Kawasan Boulevard hanya pusat pedagang kaki lima dan kafe-kafe jalanan yang hanya menyediakan berbagai masakan khas Manado saja. Namun seiring dengan perkembangan kota, saat ini sudah ada empat mal yang berdiri di kawasan itu seperti Manado Town Square (Mantos), Boulevard Mall, Bahu Mall dan Mega Mall.

Mal-mal tersebut berada di sepanjang jalan Pierre Tendean—lebih dikenal dengan bolevard—dan menjadi landmark kebanggaan karena merupakan jalan terlebar dan jalan pantai terpanjang (4,2 kilometer) di Manado. Boulevard ini diresmikan tahun 1993 setelah proyek reklamasi pantai yang berjalan selama 10 tahun diselesaikan.

4.       Bunaken

sruga taman bawah laut Bunaken
Kawan pasti tidak asing lagi dengan kata/tempat ini. Benar sekali. Bunaken adalah ikon Kota Manado yang paling dikenal di Indonesia, bahkan di dunia Internasional, dengan nama lengkap Taman Nasional Bunaken. Sebenarnya Bunaken adalah nama pulau di Teluk Manado, dimana perairan pulau itu mempunyai taman bawah laut yang menakjubkan.

Di bawah hamparan laut seluas 890,65 km2 di kawasan ini, kawan akan menemukan pesona keindahan ciptaan sang Maha Kuasa dengan menikmati terumbu karang berwarna warni. Ada lebih dari 200 jenis spesies ikan serta beragam biota laut lainnya. Kawan akan merasakan sensasi menyelam dengan sajian pemandangan bawah laut yang mempesona pada taman yang terletak 75 mil laut dari Pantai Manado. Lokasi menyelam ini dapat dicapai dengan perjalanan 35 menit menggunakan perahu motor.

Tidak hanya melihat barisan ikan bermacam rupa berseliweran dan padang rumput laut, kawan juga bisa melihat kurang lebih 390 spesies terumbu karang yang memancarkan pesona menakjubkan. Bentuknya berlekak-lekuk unik, celah-celah hingga gua atau terowongan mungil bawah laut yang mungkin mustahil ditemukan di tempat lain.

Taman ini didirikan 1991 dan merupakan salah satu taman laut pertama di dunia. Pada 2005 Bunaken menjadi situs warisan dunia setelah didaftarkan Indonesia di UNESCO.

diving di Bunaken
Menyelam merupakan cara terbaik bila kawan ingin secara utuh dan jelas menikmati keindahan panorama bawah laut Bunaken. Tersedia 23 tempat snorkeling atau penyelaman. Tak usah repot-repot bawa alat menyelam sendiri karena di sana disewakan alat-alat dengan harga berkisar Rp 100 ribu per hari.

Tapi bagi yang takut basah, cara lainnya adalah menggunakan kapal semi selam yang disewakan di lepas pantai Pulau Bunaken. Kapal ini menyediakan dinding-dinding kaca untuk bisa menikmati keindahan dan eksotisme dasar laut Bunaken.

salah satu pulau di wilayah Bunaken
Pesona Bunaken tak hanya pada taman lautnya saja, namun di permukaan pun kawan bisa menikmati keindahan dan eksotisme lima pulau yang melingkupi kawasan Taman Nasional tersebut. Lima pulau itu yakni pulau Bunaken, Siladen, Manado Tua, Nain dan Mantehage. Di pulau terakhir terdapat suku Bajo dengan budayanya yang khas.

Sekedar saran pribadi nih. Kalau kawan ingin berwisata ke Bunaken, aku sarankan untuk berombongan. Karena dengan begitu, harganya bisa lebih ringan di kantong tiap-tiap kawan sekalian. Dianjurkan juga membawa bekal sendiri dari rumah. Tujuannya, tentu untuk menghemat biaya, juga untuk menghindari makanan yang tidak diperbolehkan dimakan bagi kawan yang muslim.

Bagaimana? Tertarik wisata ke Bunaken? Atau mau mencoba Bubur Manado? mau jalan-jalan, shoping, atau kuliner di Boulevard?atau mau coba bibir manado?haha...
Kunjungi Kota Nyiur Melambai, Kota Manado ini, dan rasakan sensasinya.



Kritik dan saran dibutuhkan. Terima kasih.

Senin, 13 Februari 2012

REVOLUSI INDIVIDU

Revolusi. Tahu kah kawan akan kata itu? Mungkin semua dari kawan sekalian tahu kata revolusi, tapi kenal kah? atau tahu definisi dari revolusi? Untuk kawan-kawan yang pernah sekolah, hahaha, pasti pernah belajar revolusi di pelajaran Sosiologi waktu SMP/SLTP, itu kalau waktu pelajaran gak bolos.
Revolusi adalah adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Sekarang sudah ingat (bagi yang sudah pernah tahu) kan? Menurutku pribadi, dari pengertian di atas, inti dari revolusi adalah perubahan. Revolusi terjadi tidak hanya cepat, tapi sangat cepat. Revolusi juga dapat terjadi pada tiap individu, tidak harus masyarakat yang menjadi subyek revolusi. Revolusi Individuini istilahku sendiri, tidak berlaku umum, hahaha—ini pun pernah terjadi pada ku. Tepatnya sekitar dua bulan yang lalu.
Aku adalah anak biasa dan pas-pasan, lahir dari keluarga pas-pasan, kemampuan ekonomi pas-pasan, otak pas-pasan, tampang pas-pasan, tinggi badan pas-pasan, malah sedikit banyak di bawah rata-rata. Bukan maksudku pesimis. Pas-pasan disini maksudnya, pas butuh duit pas punya, pas ulangan/ujian pas bisa ngerjain, pas nyontek pas gak ketahuan, pas ketemu cewek pas ganteng. Hahaha...
Dulu aku sekolah SMA di kota kecil bernama Banjarnegara, mungkin banyak yang tidak tahu, Banjarnegara berbatasan dengan Wonosobo—kalau Wonosobo pati tahu—di bagian barat. Jadi, Banjarnegara ada di sebelah barat Wonosobo. Di SMA ini lah aku bertemu dengan teman-teman yang sampai saat ini [dan selamanya] berkesan dalam hidupku. Kalian tahu kawan, teman-temanku itu terkenal dengan nama S.T.I.N.G. Kalau Andrea Hirata berkata bahwa tiap kejadian yang ada dalam hidup adalah keping mozaik yang menyusun hidup itu sendiri, maka masa SMA dengan S.T.I.N.G di dalam nya adalah kepingan mozaik yang terbesar dalam hidupku.
Setelah lulus pada April 2011, tentu semua anggota S.T.I.N.G sibuk cari universitas, termasuk juga aku. Setalah masa-masa galau karena sempat ditolak saat SNMPTN Undangan, akhirnya aku masuk di universitas ternama di Indonesia, UGM. Aku masuk lewat gerbang depan. Maksudnya tidak lewat pintu belakang. Ah, bodoh. Maksudnya lewat jalur Ujian Mandiri. Program Diploma III Teknik Sipil, aku menuntut ilmu di sana selama kurang lebih dua bulan. Kenapa bisa? Karena setelah dua bulan di UGM itu lah terjadi revolusi dalam hidupku.
Orang tuaku, terutama ibu sejak saat aku masih duduk di bangku SMP, bahkan mungkin SD, sudah memimpikan—maksudnya ingin—aku masuk STAN—Sekolah Tinggi Akuntansi Negara—karena STAN adalah Perguruan Tinggi Ikatan Dinas, jadi setelah lulus, langsung penempatan kerja. Sebenarnya, dulu aku tidak minat dengan itu, aku ingin masuk UGM. Bahkan sampai SMA kelas X, minat itu belum tumbuh, hingga akhirnya otakku bersenyawa dengan hatiku sendiri. Dan dalam sekejap, seluruh bagian keras (hardware)atapupun lembut (software)dalam diriku menentapkan STAN sebagai tujuan setelah aku lulus SMA. Alasannya simple saja, aku ingin mewujudkan mimpi Ibuku.
Tapi realitas kadang tak seindah ekspektasinya. Begitu pun aku. Jalan untuk tujuanku itu sangatlah berat. Tapi, itu tak akan sebanding dengan kebahagiaan melihat seorang ibu yang tersenyum bangga pada anaknya.haha.. Singkat cerita, setelah melalui tes yang takan bisa aku melewatinya tanpa doa orang tua, aku diterima STAN, Program D I Spesialisasi Pajak. Tapi revolusi tidak terjadi di sini, tapi setelahnya.
Selama ini, aku tidak pernah jauh dari orang tua, dari SD hingga SMA. Tapi sekarang aku harus jauh dari orang tua, sangat jauh bahkan. Pandidikan STAN dilaksanakan di daerah, dari 1500-an yang diterima, disebar di 12 lokasi pendidikan. Aku di Manado. Tempat yang tak pernah aku bayangkan. Bahkan aku baru tahu kalau Manado ada di Sulawesi Utara saat itu. Semua itu terjadi sangat cepat. Pengumuman STAN tanggal 4 November, dimana saat itu aku masih kuliah di UGM, dan harus registrasi tanggal 23-25 November di tempat pendidikan. Itu berarti aku hanya punya waktu kurang dari 19 hari untuk perpisahan dengan teman-teman di UGM, dan tentunya keluarga. Waktu yang singkat, sangat singkat. Waktu yang singkat itu masih kugunakan untuk mengurus surat-surat syarat regristrasi STAN, juga mengambil berkas-berkas yang tertinggal di Yogyakarta. Waktu yang singkat itu kurang. Sangat kurang. Bisa kawan bayangkan bagaimana rasanya saat kaki kalian—yang cowok—yang berbulu menempel kuat selotip dan ditarik tiba-tiba? Kira-kira begitulah perasaanku.
Tapi kalian tahu kawan, betapapun sakitnya perasaan kalian karena terpisah jauh dengan orang tua, tidakl ada separuh dari sakitnya perasaan orang tua yang jauh dari anaknya. Jadi bagi kalian yang sekarang jauh dari orang tua, mulai rencanakan untuk pulang sekadar menemui orang tua kalian.
see ya, .
kritik dan saran dibutuhkan,